Bukittingi Berpotensi Menjadi Objek Pelancongan Wisatawan Mancanegara
Setiap mendengar nama Bukittinggi,selalu terbayang bebukitan yang hijau,cuaca yang dingin, kota yang bersih,nasi kapau yang lezat, dan persawahan cabe merah keriting yang buat gemes,serta padi sawah yang menguning. Orang-orang yang tinggal di Bukittingi tampaknya adem ayem saja,tidak terpengaruh oleh krismon sekalipun. Pernah saya tanya seorang warga kampung yang tinggal menuai padi:Uni.terasa nda krismon di sini? Dia jawab tak terasa,karena setiap hari kami makan seperti biasa,tidak ada perubahan menu katanya.Wah,lain daerah lain kondisi. Di jawa dan sumatra bagian Selatan,pengaruh krismon terasa banget. Terlepas dari itu,Bukittinggi sebetulnya sudah mampu menjadi pusat wisatawan mancanegara bagi daerah Indonesia Barat. Dengan memegang status kota kembar dengan Seremban Malaysia, sebenarnya boleh membuka peluang untuk pengembangan sarana dan prasarana tempat pelancongan di Bukittinggi. Biarlah orang Seremban yang memodalinya,urang Bukittinggi yang melaksanakannya.Saat berkunjung ke Kebon Binatang Bukittinggi (KBB),saya merasa bahwa potensi KBB masih berpeluang maju. Sebab selain terdapat hewan-hewan yang begitu menarik, pihak manajemen KBB itu mengkombinasikannya dengan suasana persekitaran yang menonjolkan gaya hidup Minangkabau. Tapi betapa terkejut saya saat melihat gajah sedang meminta makanan dengan memamerkan belalainya,tiba-tiba ada pemuda nakal melemparkan sandal jepit,eh sang Gajah itu langsung mengambilnya dengan belalainya itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.Wah saya,istri dan anak-anak menyesal tak dapat mencegah gajah itu dari memakan sandal jepit, dan merasa sebel pada pemuda nakal yang seenaknya aja memberi makan gajah dengan sandal jepit.Tampaknya pihak manajemen KBB itu kekurangan gairah untuk tetap melayani hewan-hewan yang berada di KBB itu,sehingga ada gajah yang memakan sandal jepit. Mungkin karena terlalu lapar. Pada saat itu tahun 2001,dan Turis-turis dari Jepang juga berdatangan ke KBB itu.Benteng Fort De Kock yang masih menarik dikunjungi oleh wisatawan, perlu sekali dipromosikan ke dunia luar. Benteng Fort De Kock di Bukittinggi,saya kira masih lebih baik daripada Benteng Portugis yang juga jadi tempat wisata di Bandar Hilir Melaka,Malaysia. Pasar Bawah Bukittinggi yang menyediakan berbagai barang-barang kerajinan yang menarik dengan harga-harga yang relatif murah,sungguh bisa jadi hal yang menarik perhatian para turis asing. Belum lagi Nasi Kapau yang menurut kabar umum sering disinggahi oleh Prof Dr Emil Salim sengaja untuk makan di situ. Kamipun selalu makan Nasi Kapau bila pergi ke Bukittinggi.Jam Gadang peninggalan Inggris sungguh tetap memikat. Ngarai Sianok yang begitu nikmat bila kita memandangnya,merupakan modal lain juga untuk menarik turis asing. Belum lagi Gua Jepang yang masih belum terungkap banyak,apa saja yang Jepang lakukan dengan Gua itu di saat jaman penjajahan dulu itu.Bukittinggi, kota yang curah hujannya paling tinggi di Indonesia,sepatutnya dikau yang memiliki gelar kota hujan itu bukannya Bogor. Tapi Bukittinggi tak akan iri pada Bogor,karena Bukittinggi dilambangkan sebagai kota adat Minangkabau. Siapa yang mau jaga tempat-tempat sejarahmu kalau bukan......urang minang sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar